Fitrah Manusia Dalam Perspektif Pendidikan
Manusia adalah ciptaan Allah yang sempurna, berbeda dengan makhluk
ciptaan Allah yang lainnya, sejak lahir manusia telah dibekali oleh Allah SWT
dengan berbagai potensi, baik potensi jasmani, rohani dan lainnya, disamping
itu Allah juga membekali manusia dengan kemampuan berpikir supaya dapat
mengembangkan segala potensi yang telah di anugerahkan oleh Allah dalam
kehidupannya. Oleh sebab itu, persoalan tentang manusia akan tetap menarik
untuk diteliti dan dikaji oleh umat manusia sepanjang zaman.
Suatu hal yang harus diketahui untuk mengetahui esensi dan
eksistensi kehidupan manusia adalah fitrah. Fitrah mempunyai peran tersendiri
memiliki kesan yang sangat vital untuk dijadikan dasar mengenal manusia, karena
salah satu tatanan nilai yang ada pada diri manusia, bersifat orisinal, alamiah,
dan hadir bersama hadirnya jasmaniah dan rohaniah diri manusia itu sendiri.
Pengenalan terhadap fitrah manusia diawali dengan mengetahui konsep
kelahiran manusia dari unsur lahiriah maupun unsur batiniah. Unsur batiniah
yang memiliki perangkat kemampuan dasar inilah yang disebut fitrah,yang dalam
bahasa psikologi disebut personalitas atau disposisi, atau dalam psikologi
behaviorisme disebut propotence reflexes, yaitu kemampuan dasar yang
secara otomatis dapat berkembang. [1]
Sementara itu dalam tinjauan normatif, fitrah dapat dilihat dalam
Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 30, sebagai berikut:
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ( الروم : ٣٠ )
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. (Q.S Ar-Rum :
30 )[2]
Allah telah menciptakan semua makhluknya berdasarkan fitrahnya.
Surat Al Ruum ayat 30, telah menginspirasikan untuk mengembangkan dan
mengaktualisasikan fitrah atau potensi itu dengan baik dan lurus. Fitrah Allah
untuk manusia, berupa potensi dan kreativitas yang dapat dibangun dan
membangun, yang memiliki kemungkinan berkembang dan meningkat sehingga
kemampuannya jauh melampaui kemampuan fisiknya Maka diperlukan suatu
usaha-usaha yang baik yaitu pendidikan yang dapat memelihara dan mengembangkan
fitrah serta pendidikan yang dapat membersihkan jiwa manusia dari syirik,
kesesatan dan kegelapan menuju ke arah hidup bahagia yang penuh optimis dan
dinamis.[3]
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwasanya antara
manusia, fitrah dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat signifikan. Sebab manusia
yang baru dilahirkan adalah dalam keadaan lemah, tidak berdaya, tidak dapat
mengurus dirinya sendiri tanpa ada bantuan dan bimbingan orang lain yang kita
kenal dengan istilah pendidikan.
Hal
ini sesuai dengan apa yang dikatakan Murtadho Mutohhari, bahwa secara khusus
fitrah mempunyai hubungan kekerabatan dengan pendidikan. Sebab fitrah terdapat
dalam diri manusia, yang oleh Ahmadi dikatakan fitrah itu masih merupakan pola
dasar atau sifat-sifat asli, maka fitrah itu baru memiliki arti bagi kehidupan
manusia setelah dikembangkan secara wajar dan optimal.
Manusia secara hakikatnya yang ditinjau dari kualitas dan kuantitas
dalam pandangan pendidikan islam merupakan satu kesatuan yang utuh, antara aspek fisik/jasmani, dan
psikis/rohani yang dibekali oleh Allah dengan berbagai potensi yang harus
dibina dan dikembangkan dalam kehidupannya. Unsur tersebut telah menjadikan
manusia sebagai makhluk yang sempurna dan memiliki tingkat kecerdasan tinggi
Sementara dari segi fungsi dan kedudukan manusia adalah makhluk
fungsional yang mempunyai tanggung jawab dalam hidupnya. Manusia sebagai
makhluk berpribadi, mempunyai fungsi terhadap diri pribadinya. Manusia sebagai
anggota masyarakat mempunyai fungsi terhadap masyarakat. Manusia sebagai
makhluk yang hidup di tengah-tengah alam, berfungsi terhadap alam. Manusia
sebagai makhluk yang diciptakan dan diasuh, berfungsi terhadap yang menciptakan
dan yang mengasuhnya, yang mana semua fungsi dan tugas yang dijalankan manusia
akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Dengan kelengkapan dua aspek jasmani dan rohani serta potensi yang diberikan Allah sebagai fitrah manusia,
manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya. Dan di sini manusia memerlukan
bimbingan,binaan dan pendidikan yang seimbang, harmonis dan integral, agar
kedua aspek tersebut dapat berfungsi dengan baik dan produktif.
Fitrah pada hakikatnya merupakan keutamaan yang diberikan oleh
Allah kepada manusia berupa kemampuan dasar dan potensi yang dapat dikembangkan
olehmanusia yang di dalamnya terkandung berbagai komponen biologis dan
psikologis yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi
hidup manusia.
Potensi tersebut bersifat kompleks yang terdiri atas : ruh (roh),
qalb (hati), ‘aql (akal), dan nafs (jiwa). Potensi-potensi tersebut bersifat
rohaniah atau mental - psikis. Selain itu manusia juga dibekali potensi fisik -
sensual berupa seperangkat alat indera yang berfungsi sebagai instrumen untuk
memahami alam luar dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Dengan
demikian fitrah merupakan konsep dasar manusia yang ikut berperan dalam
membentuk perkembangan manusia di samping lingkungan (pendidikan).
Fitrah yang bersifat potensial tersebut harus dikembangkan secara
faktual dan aktual. Untuk melakukan upaya tersebut, Islam memberikan
prinsip-prinsip dasarnya berupa nilai-nilai Islami sehingga pertumbuhan potensi
manusia terbimbing dan terarah. Dalam proses inilah faktor pendidikan sangat
besar peranannya bahkan menentukan bentuk corak kepribadian seseorang.
Nampaknya itulah yang menjadikan Nabi Muhammad mewajibkan umatnya untuk mencari
ilmu.
Islam telah menempatkan pendidikan sebagai sebuah proses
pembentukan dan pengembangan potensi manusia seutuhnya. Untuk dapat
mengembangkan potensi manusia secara maksimal pendidikan Islam hendaknya sesuai
dengan kebutuhan dan kebudayaan manusia serta penanaman nilai-nilai fundamental
sebagai dasar pembentukan kepribadian manusia. pendidikan Islam harus mampu
mengintegrasikan seluruh potensi yang dimiliki peserta didiknya pada pola
pendidikan yang ditawarkan, baik potensi yang ada pada aspek jasmani maupun
rohani, intelektual, emosional, serta moral etis religius dalam diri peserta
didiknya.
Dengan ini, pendidikan Islam akan mampu membantu peserta didiknya
untuk mewujudkan sosok insan paripurna yang mampu melakukan dialektika aktif
pada semua potensi yang dimiliknya. Mampu teraktualisasikannya potensi yang
dimiliki manusia sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah, pada dasarnya pendidikan
berfungsi sebagai media yang menstimulasi bagi perkembangan dan pertumbuhan
potensi manusia seoptimal mungkin ke arah penyempurnaan dirinya, baik sebagai
‘abdillah maupun khalifah.